AgamaArtikelBlog

PENGUATAN IDEOLOGI MUHAMMDIYAH SEBAGAI BENTUK REFLEKSI MILAD KE 110 TAHUN MUHAMMADIYAH.

Muhammadiyah sebagai gerakan persyarikatan dan organisasi Islam yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada 18 November 1912 memiliki sebuah cita-cita yakni mewujudkan masyarkat Islam yang sebenar-benarnya. Muhammadiyah saat ini telah memasuki masa perjuangan dakwahnya di abad ke dua, tantangannya-pun tidak akan sama dengan abad pertamanya. Maka untuk mempertahankan eksistensi di usia 110 tahun dalam kelender masehi Muhammadiyah sebagai gerakan da’wah amar ma’ruf nahi munkar perlu sebuah upaya mengakarkan ideologi agar generasi pelangsung Muhammadiyah dapat membawa misi keumatan dan marwah gerakan yang diusung oleh KH. Ahmad Dahlan dengan berlandaskan Al-Qur’an dan Hadist sehingga ideologi Muhammadiyah dapat kokoh di dalam jiwa para kader penerus.

Perkembangan peradaban jaman tidak luput dari permasalahan sosial yang timbul di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Muhammadiyah sebagai gerakan perkaderan tentu juga tidak bisa lepas dari permasalahan sosial tersebut. Lahirnya sikap individualitas, terjadinya kemerosotan spiritualitas, timbulnya hedonisme dan pragmatisme, serta dualisme ideologi dalam diri kader Muhammadiyah. Hal ini tentu membawa dampak terhadap nilai-nilai perjuangan dan amal usaha Muhammadiyah kedepan.

Oleh karena itu penting bagi Muhammadiyah untuk melakukan internalisasi ideologi Muhammadiyah baik pada level pimpinan maupun pada level kader penerusnya. Karena ideologi merupakan sebuah ciri yang menunjukan identitas dan dasar bagi system dalam sebuah gerakan. Sebagaimana pendapat Prof. Haedar Nashir bahwa ideologi tidak dapat dipisahkan dari sebuah gerakan karena ideologi merupakan seperangkat paham tentang kehidupan dan strategi perjuangan untuk mewujudkan cita-cita Muhammadiyah. Bagi Muhammadiyah sendiri ideologi ialah seperangkat ide, nilai, keyakinan, dan cita-cita yang menjadi landasan Muhammadiyah untuk mengimplestasikan ajaran islam dalam kehidupan guna mewujudkan masyarakat islam yang sebenar-benarnya.

Sebegai gerakan Islam, Muhammadiyah merupakan religious movement yang didalamnya terkandung bilief system, knowledge, organization dan practices activity yang mengarah pada goal yang dicita-citakan. Dimana landasan normative ideologi Muhammadiyah ialah Q.S ali-Imran; 104 yang dipahami sebagai perintah untuk bersatu dalam suatu organisasi yang menjalankan dakwah amar ma’ruf nahi munkar. Konsep ideologi Muhammadiyah secara substansi terdapat dalam Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah, Kepribadian Muhammadiyah, dan Matan Keyakinan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah. Secara inti sari isi kandungan dari Ideologi Menerangakan Muhammadiyah adalah gerakan Islam berlandaskan al-Qur’an dan sunnah yang mengajak masyarakat untuk hidup  berdasarkan Tauhid, bersosial, berorganisasi, beramar ma’ruf nahi munkar, berjuang menegakan dan menjunjung tinggi ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari sekaligus menegaskan bahwa Muhammadiyah tidak berpolitik praktis.

Maraknya paham – paham keagamaan seperti yang disampaikan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir yaitu paham radikal konservatif-fundamentalistik hingga radikal liberal-sekularistik menjadi memiliki dampak tersendiri tersendiri. Dengan urgensi ideologi sebagai faham dan dasar bagi sebuah sistem gerakan maka penting untuk dilakukan penguatan ideologi Muhammadiyah kepada para pimpinan maupun kader agar poros organisasi tetap terjaga keotentikannya. Dalam proses penguatannya diperlukan ijtihad yang berdasarkan pada al-Qu’ran dan Sunnah dan konsep dakwah kekinian yakni suatu konsep atau metode dalam memperkenalkan prinsip dan dasar agama seiring perkembangan jaman yang tujuannya agar masyarakat masa kini dapat menerima prinsip dan dasar agama Islam dengan mudah namun tetap pada jalur agama sekaligus menghindari pandangan  masyarakat yang menganggap islam itu kaku dan tidak sesuai dengan perkambangan jaman dan bersifat tekstual.

Selanjutnya langkah-langkah yang kemudian dapat dilakukan oleh Muhammadiyah untuk penguatan ideologi Muhammadiyah pertama, Mengoptimalkan sekolah kader dengan mendasain sekolah kader berjenjang yang menggunakan kurikulum khusus yang berbeda dengan sekolah formal pada umumnya. Dimana sekolah kader tersebut diharapkan dapat mencatak kader-kader da’wah yang berkualitas dari segi keagamaan, keilmuan, komitmen, pengalaman dan keahlian. Kedua, Memaksimalkan peran Pendidikan Tarjih Muhammadiyah yang dimana selain merekrut kader-kader muda juga dapat menempatkan lulusannya untuk berdakwah dan menanamkan ideologi Muhammadiyah hingga ke akar rumput. Ketiga, meningkatkan dan mengintensifkan pembinaan ideologi di berbagai level pimpinan Muhammadiyah hingga amal usaha Muhammadiyah dan kader malalui Baitul Arqam Muhammadiyah. Keempat, sebagai penguatan dikalangan warga Muhammadiyah perlunya penguatan materi-materi Al-Islam dan Kemuhammadiyah (AIK) di kegiatan pengajian-pengajian Muhammadiyah. Kelima, diperlukan penguatan Guru dan Dosen AIK secara intens karena Guru dan Dosen AIK merupakan ujung tombak penanaman ideologi Muhammadiyah dilingkungan sekolah Muhammadiyah. Keenam, memasifkan da’wah digital untuk menjangkau seluruh lapisan masyarakat berkaitan dengan kemuhammadiyahan. Ketujuh, Pengembangan da’wah komunitas atau jamaah dengan gerakan jamaah dan dakwah jamaah sebagai bentuk saling menguatkan satu dengan yang lainnya dilingkungan Muhammadiyah.

Langkah-langkah di atas bukan berarti tidak ada sebelumnya, gerakan-gerakan tersebut sebahagian sudah dilakukan dibeberapa lingkungan Muhammadiyah. Akan tetapi tidak semua langkah-langkah tersebut dapat berjalan continue dan tidak dilakukan merata disetiap daerah. Oleh karenanya langkah-langkah tersebut perlu penguatan, dukungan infrastruktur, panduan, pengawasan dan evaluasi di setiap level pimpinan Muhammadiyah agar proses penguatan ideologi Muhammadiyah dapat menyentuh seluruh lapisan dari pucuk hingga ke akar. Hal ini perlu dilakukan agar terjaga keotentikannya ideologi dalam tubuh Muhammadiyah. Agar Muhammadiyah dapat terus malaksanakan perjuangan dan amal usahanya untuk agama, umat dan  bangsa.
(DODY WISONO, Mahasiswa Program Doktor PAI-Universitas Muhammadiyah Malang, Dosen Universitas Muhammadiyah Berau)