Studi Lapangan Mikrobiologi Lingkungan Untuk Pelestarian Mangrove
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Berau (UM) yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan baru-baru ini melakukan ekskursi dan studi lapangan mikrobiologi lingkungan di kawasan budidaya perikanan di Desa Pegat Batumbuk, Pulau Derawan. Sebanyak 19 mahasiswa mengikuti kegiatan ini. Menurut Riska Aldayanti, kegiatan tersebut sangat menyenangkan. Karena memberikan wawasan baru bagi mahasiswa mengenai siklus hidrologi dan karakteristik biofisik ekosistem mangrove, Epilog Berau merupakan kawasan dengan kawasan mangrove terluas di Kalimantan Timur.
“Kami tidak hanya membayangkan penjelasan pembicara, tetapi kami diajak berkeliling dan melihat sendiri bagaimana ekosistem mangrove bekerja,” ujar Riska, Ketua Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan UM Berau.
Sebagai bagian dari kegiatan ini, para siswa juga mengunjungi tambak dengan menggunakan metode budidaya udang-karbohidrat (aman) yang dikelola oleh LEMSA bekerja sama dengan Yayasan Konservasi Kepulauan Shrike (YKAN).
Menurut Mukmin selaku direktur LEMSA, kunjungan siswa ke safety pond di Pegat Batumbuk ini merupakan sinyal positif bagi pemuda Berau untuk menginisiasi pelestarian mangrove melalui kegiatan dan kajian atau kajian terkait dengan kawasan mangrove Berau.
Dalam acara tersebut, mewakili YKAN, Yitno dan Andi Trisnawati menjelaskan kepada para mahasiswa bahwa kolam pengaman dimaksudkan untuk melindungi mangrove dari penebangan besar-besaran, dengan tetap memperhatikan ekonomi masyarakat setempat yang bergantung pada kegiatan budidaya tambak.
Sufriady Syam, pembimbing mahasiswa sekaligus asisten dosen Jurusan Teknik Lingkungan UM Berau yang turut serta dalam acara tersebut menambahkan, ekosistem mangrove merupakan entitas yang terbatas namun sangat penting yang perlu dilindungi. Karena jika dikelola dengan baik dapat membawa banyak manfaat ekologi dan ekonomi bagi masyarakat.
“Seperti yang bisa Anda bayangkan, jika ada tsunami dan kami tidak memiliki mangrove di bagian paling depan tanah kami, kerusakannya akan sangat parah dibandingkan dengan yang terjadi di daerah yang masih memiliki mangrove,” jelasnya.
Ia mencontohkan, kawasan mangrove yang baik mampu mereduksi kekuatan tsunami hingga 10 kali lipat. Jika tsunami di kawasan tanpa mangrove mencapai daratan dengan kecepatan 6 kilometer, kekuatan tsunami di kawasan dengan mangrove bisa berkurang menjadi hanya 600 meter.
Selain itu, kawasan mangrove juga secara alami mengurangi limbah di perairan. Sufriady Syam menambahkan: “Selain sebagai perangkap sedimen agar tidak terbawa arus sungai ke laut dan akhirnya mematikan terumbu karang.”
Sementara itu, Tiara, salah satu peserta acara mengatakan, kegiatan seperti ini harus lebih sering dilakukan dan semua pihak harus lebih terlibat dan mendukung isu-isu terkait mangrove. Karena mangrove memiliki peran strategis yang sangat penting dalam kehidupan manusia, khususnya masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir. (Sufriady Syam)